Minggu, 13 Maret 2011

Demi Baktiku Kepadamu


DEMI BAKTIKU KEPADAMU…
 oleh : uswatun hasanah
       Di dunia ini tidak ada yang paling berharga bagiku,kecuali kebersamaan berkumpul dengan keluarga.Ayah yang selalu tegas dalam membimbing kami,seorang ibu yang selalu penyabar menghadapi anaknya.Dan kakakku faisal yang selalu menyempatkan waktunya untuk membantuku dalam belajar.Karena saat ini aku duduk di kelas 3 SMA Reguler,wajar aku harus lebih keras untuk menghadapi Ujian Nasional.Sempurna rasanya kebahagiaan yang kini kurasakan saat itu,ditambah lagi dengan prestasi yang diraih kak faisal di dunia arsitektur atau seniman.Kak faisal yang sering mendapatkan penghargaan dari kampusnya karena mampu membuat design rumah,hotel dan lainnya dengan sangat indah dan menarik perhatian orang banyak.Keberhasilan tersebut membuat ayah dan ibu bangga memiliki anak sebaik dan sepintar kak faisal.Terutama ibu yang selalu menasehatiku untuk belajar dengan sungguh-sungguh agar bisa berhasil seperti kak faisal.Walaupun  sebenarnya kak faisal masih harus menyelesaikan kuliahnya untuk wisuda tahun ini.
Aku yang sering dipanggil dengan sebutan Fina oleh teman-teman sekolah,mereka bilang aku adalah adik yang beruntung mempunyai kakak  sepandai dan sebaik kak faisal.Mendengarkan perkataan tersebut dalam hatiku langsung berdo’a “Ya Tuhan berilah kesehatan dan umur yang panjang pada kak faisal,agar aku bisa menjadikan dia sebagai motivasi dalam menuntut ilmu.”Entah kenapa selama ini tak pernah ku lihat kelelahan diwajah kak faisal dan tak pernah kudengar keluhan-keluhan dalam mengejar cita-citanya .Itulah yang membuatku semakin sayang dan tidak ingin kehilangan sosok orang seperti kak faisal.Tiga bulan kemudian tibalah saatnya momen yang ditunggu keluargaku,dimana momen tersebut penuh dengan segudang harapan dan sejuta senyuman seakan melukiskan kebahagiaan tersendiri bagi kami yang merasakannya.Karena momen itu sebagai salah satu bukti kak faisal dinyatakan lulus dan diresmikan untuk wisuda di kampusnya dan mengemban gelar Sarjana  Arsitektur.Aku yang diam-diam membungkus sebuah kotak persegi panjang dengan sangat rapi,karena didalam kotak tersebut terdapat sepucuk surat tawaran kerja di sebuah perusahaan Bandung yang kami terima langsung dari managernya 2 hari yang lalu.Ibu yang sudah tidak sabar menyampaikan berita bahagia itu,sambil memelukku dan berkata ”Ayo pak sopir cepatlah sedikit kau jalan!!.”
Tetapi mungkin tuhan berkehendak lain,karena tidak lama kemudian handphone yang ada dalam genggaman tanganku berbunyi.Aku sendiri tidak tahu siapa peneleponnya.Karena nomor  tersebut  tidak ada didaftar handphoneku.Tanpa berfikir panjang ibu langsung menyuruhku mengangkat panggilan itu.Ibu menduga itu kak faisal, karena saat handphone fina berbunyi.Jantung ibu berdetak kencang dan merasakan sesuatu tentang kak faisal.Siapa yang menyangka kalau ternyata panggilan itu adalah teman kak faisal dia sangat tergopo-gopo dan suaranya seperti orang panik atau kebingungan.Fina pun langsung terkejut saat teman kak faisal mengatakan bahwa ketika menuju ke kampus ditengah jalan kak faisal mengalami kecelakaan dan terluka parah  di bagian kepalanya.Belum sempat dibawa kerumah sakit,tapi nyawa kak faisal tidak bisa tertolong.Aku yang sangat terpukul mendengar berita pahit ini tidak sanggup rasanya mengatakan kepada kedua orang tuaku sendiri.Tetapi sepertinya ibu bisa merasakannya karena ibu terus mendesakku sambil menggoyangkan badanku mengatakan “Fina”..!..fina..! apa yang terjadi pada kakakmu..?jawab fina kenapa kamu diam saja”..!Ayo jawablah ..!!!.Sambil meneteskan air mata yang jatuh perlahan aku mengatakan apa yang sebenarnya terjadi pada kak faisal,dengan sangat terbata-bata ..Ibu!! kak faisal mengalami kecelakaan dan nyawanya tidak bisa tertolong lagi.Mendengar ucapanku Ibu dan Ayah langsung menangis dan ibu berteriak kencang mengatakan “Tidak!ini tidak mungkin..”ibu yang tidak kuat menahan kenyataan pahit ini,penyakit stepnya kambuh dan pingsan seketika.Langsung ayah menyuruh sopir untuk menuju rumah sakit.Kini aku dan ayahku harus menahan kesedihan dan memikul beban yang berat seperti ini.Pada hari itu benar-benar menjadi hari penuh dengan tangis yang tidak bisa terhapuskan oleh sentuhan tangan siapapun.Sakit,sungguh sakit hati ini merasakannya.Disatu sisi aku harus melihat ibu terbaring di rumah sakit,disisi lain aku juga harus kehilangan orang yang sangat ku sayangi dan ku banggakan.
Satu bulan kemudian ibu diperbolehkan pulang kerumah.Walaupun keadaannya belum stabil,aku dan ayahku yang terus merawat ibu dirumah,awalnya ibu tidak mau makan,minum karena terus memandangi foto kak faisal dan setiap kali ibu melihat foto kak faisal,ibu selalu meneteskan air matanya.Aku yang mencoba menguatkan diri ini ,tapi aku tak sanggup.Ayahku yang selalu berusaha membujuk ibu untuk makan ,akhirnya hari ini ibu mau juga melahab makanan itu.Namun trouma dan sakit mentalnya belum stabil.Tingkah lakunya semakin hari semakin menjadi.Di pagi hari yang buta,ibu sudah berdandan dan mendesakku untuk menemui kak faisal.Tiba disiang hari ibu selalu murung berkata-kata sendiri.Dan yang paling parah malam hari,ibu selalu bernyanyi,bahkan menggangguku saat belajar,mengelus rambutku,menarik tanganku,dan lainnya.Tingkahnya benar-benar seperti anak kecil.Padahal ayah sudah berulang kali menjelaskan ini semua,agar ibu kembali sadar.Tetapi ayah sudah tidak kuat lagi dengan keadaan ibu yang seperti itu.Sampai pada suatu hari ayah meninggalkan rumah,meninggalkan kami berdua.Aku yang berusaha mencegahnya dan membujuk ayah agar tetap bersabar menghadapi ibu.Tetapi ayah tidak menghiraukan perkataanku, dia pergi begitu saja.Kini hanya aku orang satu-satunya yang masih mempertahankan ibu.Semua keluargaku menjauhi ibuku karena mereka menganggap ibuku sudah gila.Mereka mengatakan “Sudahlah fina,!bawa saja ibumu kerumah sakit jiwa!”Toh kamu juga tak sanggup kan menjalani ini semua.Tapi sungguh ibu..,Demi Baktiku Kepadamu sedikitpun aku tidak menghiraukan perkataan mereka.Aku akan selalu berusaha untuk merawat dan menjagamu sampai engkau sembuh kembali.Ya Allah aku yakin Engkau pasti menyembuhkan ibuku. setiap hari aku harus bekerja keras untuk menghidupi ibu.Walau disamping itu aku harus sekolah.Beri aku kekuatan tuhan,aku sangat mencintai ibuku,mana mungkin aku tega memasukkannya kerumah sakit  jiwa. Aku sangat yakin akan kejaibanmu Tuhan.Engkau pasti mendengar setiap do’aku dan segera menyembuhkan ibuku.
                Aku yang selalu menahan tangis saat teman-temanku disekolah mengatakan “Bahwa aku anak orang gila.”Walau sebenarnya kata-kata itu sangat menyakitkan buatku,tetapi aku berusaha  meyakinkan  diriku bahwa ibuku pasti bisa sembuh!!!.Aku sangat bersyukur karena guruku masih perduli denganku.Mereka terus memberikan nasehat dan bimbingan,agar aku tetap semangat dalam belajar karena sebentar lagi aku mengikuti Ujian Nasional.Dengan keadaanku yang seperti ini aku hanya bisa berdo;’a dan terus berdo’a kepada Allah agar ku bisa lulus ujian ini.Dan hampir setiap hari aku merasa tidak nyaman dalam belajar,karena kondisi ibuku yang tidak stabil membuatku harus pandai mengatur waktu kapan belajar,terkadang sampai menunggu ibu tertidur lelap baru aku akan memulai belajar.
                Beberapa hari kemudian Ujian Nasional dilaksanakan dan kini  aku tinggal menunggu pengumuman saja.Aku hanya bisa berharap pada Tuhan semoga aku lulus.Satu bulan kemudian kondisi ibuku semakin membaik,betapa aku sangat bahagia sekali saat itu.Ibu mulai bersikap lembut,berkata santun dan bertingkah laku selayaknya seorang ibu.Menata rumah dan rajin mengaji.Mungkin inilah “Keajaiban dari Tuhan.”dan merupakan anugrah buatku,karena ibu yang sangat ku sayangi kini telah sembuh kembali.
                Satu hal lagi yang sangat ku syukuri,saat ku melihat pengumuman disekolah,aku dinyatakan lulus Ujian Nasional.Mendengar hal itu ibu langsung memelukku.Aku yang merasakan pelukan itu membuat bebanku yang selama ini ku alami hilang seketika.Dan ibu  seakan memiliki kekuatan lagi serta  semangat untuk bekerja,karena ibu mengharapkan aku dapat melanjutkan kuliah.Tuhan terima kasih atas karunia yang Engkau berikan padaku.Semoga aku dan ibuku dapat hidup bahagia.